WAKTUNYA EKSPANSI PELANGGAN KETIKA COVID-19

News & Publications

Leonard Chong

Kamis, 28 Mei 2020 – 02:04 WIB

COVID-19 jelas telah mempengaruhi kehidupan kita, dan khususnya dalam cara kita melakukan kegiatan perbankan. Di era baru pembatasan sosial ini, revolusi digital perbankan akan didorong oleh smartphone. Kemampuan Anda dalam memberikan pelayanan yang mudah dan aman melalui ponsel akan menjadi kunci utama, untuk memperluas basis pelanggan.

COVID-19 benar-benar telah mengubah cara hidup dan cara kita bekerja hanya dalam semalam. Hal ini menunjukkan betapa rapuhnya kita atas gangguan yang disebabkan oleh karantina wilayah dan pembatasan sosial.

Pertumbuhan digitalisasi telah dipercepat dengan adanya pandemi ini. Dengan tinggal di rumah, bekerja dari rumah, dan langkah-langkah pembelajaran berbasis rumah, kita beralih ke pertemuan dan kelas virtual, perdagangan online, dan perbankan online. Layanan digital jelas semakin penting di saat ini.

Karena adanya pembatasan, bisnis saat ini perlu mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan sulit seperti – Apakah saya benar-benar dapat melayani kebutuhan pelanggan saya? Apakah layanan saya memuaskan? Apakah pelanggan saya benar-benar dapat berkomunikasi dengan saya? Apakah saya mendengarkan mereka? Haruskah saya menjangkau pasar yang lebih besar dengan berfokus pada segmen yang sebelumnya saya abaikan?

Mempengaruhi hidup dan kegiatan perbankan kita.

Kehidupan dan cara kerja di sektor perbankan pasti terpengaruh oleh pandemi ini. Akses tradisional terhadap layanan pembayaran tunai telah terpengaruh, terutama bagi mereka yang memiliki rekening bank dan mungkin yang underbanked. Pada saat sulit ini, ketika uang tunai benar-benar dibutuhkan, masyarakat yang underbanked akan lebih sulit menerima hibah keuangan dari pemerintah melalui skema G2P (Government to Person).

Baru-baru ini, Presiden Indonesia Joko Widodo menyebut bahwa hanya 15% dari orang-orang kurang mampu di desa, dan 25% orang di perkotaan yang mata pencahariannya terdampak akibat pandemi telah menerima bantuan sosial. Bantuan sosial tersebut dimaksudkan untuk membantu mereka membayar layanan penting dan mengatasi masa-masa sulit ini.

Dengan adanya pandemi ini, kita benar-benar melihat di mana kita gagal, yakni dalam hal penawaran layanan di dunia digital perbankan. Mungkin sekarang adalah waktu yang tepat untuk menilai diri kita sendiri, dan memulai perjalanan transformasi digital. Lebih penting lagi, kita sekarang memiliki kesempatan untuk menjangkau segmen populasi kita, yang memiliki rekening bank dan yang underbanked, melalui sistem digital perbankan. Kelompok yang membawa potensi besar bagi pertumbuhan bisnis perbankan.

Covid-19 menjadi momentum untuk memeriksa kesehatan digital perbankan.

Terlepas dari semua diskusi dan perencanaan selama bertahun-tahun tentang pembangunan ekosistem digital perbankan, dan banyaknya layanan digital perbankan dasar, sayangnya semua itu tidak memenuhi kebutuhan konsumen, khususnya ketika mereka hanya memiliki sedikit pilihan karena adanya pembatasan sosial.

Dari otentikasi dan otorisasi identitas untuk pembukaan akun baru, pencairan cek, aplikasi pinjaman, dan lain-lain, sistem saat ini tidak secara efektif mendukung seluruh gagasan perbankan tanpa cabang. Di masa ini, ketika pembatasan sosial telah diberlakukan, konsumen hanya bisa memilih bank dan lembaga keuangan yang layanannya dapat digunakan tanpa harus meninggalkan rumah.

Ini adalah waktu yang tepat untuk memperbaiki sistem perbankan konvensional yang dibangun di sekitar cabang bank dan identifikasi fisik (KYC), ke sistem digital branchless banking. Akan sangat baik jika teknologi e-KYC nantinya tersedia melalui penggunaan biometrik, guna membantu mendukung inisiatif tanpa cabang ini.

Jadi di mana peluang itu, anda mungkin bertanya?

Tetap ada hal positif di waktu krisis ini, yaitu sekarang kita bisa memulai seluruh proses transformasi digital sebenarnya dalam dunia perbankan, terutama bagi lembaga-lembaga yang telah menunda perjalanan transformasi digital mereka.

Inklusi keuangan memberikan peluang besar. Mari menargetkan orang yang belum memiliki rekening bank, dan yang underbanked (orang yang memiliki rekening namun punya keterbatasan akses pelayanan keuangan seperti kartu kredit dan kredit tanpa agunan). Melihat statistik, ada 1,7 miliar orang yang tidak memiliki rekening bank di dunia. Di Asia Tenggara saja, ada 438 juta orang yang tidak memiliki rekening bank. Menurut KPMG, hanya 27% penduduk Asia Tenggara yang memiliki rekening bank. Ada celah besar dalam penetrasi perbankan, dengan sekitar 438 juta individu tidak memiliki rekening bank.

Di Indonesia, misalnya, sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan terbesar ke-16 di dunia, ada 180 juta penduduknya yang tidak memiliki rekening bank. Setengah dari penduduk Indonesia yang belum memiliki rekening bank berusia di bawah 30 tahun, dan mereka terbuka untuk produk-produk digital perbankan. Angka tersebut mengejutkan, tapi sekaligus angka yang bagus untuk kita proyeksikan.

Peluang utama lainnya adalah akselerasi pembayaran tanpa uang tunai. Metode pembayaran konvensional yang menggunakan uang tunai dan cek, akan diganti dengan cara digital, karena pembayaran tanpa kontak langsung bakal terus didorong. Kita sangat menyadari bahwa ekosistem pembayaran tradisional dapat membuka peluang risiko terinfeksi. Bisa dibayangkan, peluang yang tak terhitung jumlahnya untuk menyebarkan virus Corona melalui volume transaksi konvensional setiap hari. Untuk mengatasi itu, kita harus memilih opsi digital dengan menggunakan ponsel dalam melakukan transaksi ini.

Layanan keuangan digital juga dapat membantu memulihkan perekonomian kita, karena itu sangat penting bagi pemerintah untuk mendukung inisiatif digital ini, guna mendorong pemulihan ekonomi pasca-krisis. Pemerintah telah mencari cara untuk menanggulangi dampak sosial dan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi. Pembayaran G2P telah diutamakan, karena transfer tunai sangat penting mendukung pemulihan dan pembangunan kembali mata pencaharian, untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan di masa depan. Tidak dapat dihindari, hal ini dapat menghasilkan manfaat jangka panjang yang membahas inklusi keuangan; karena ketahanan adalah kunci ketika menghadapi guncangan ekonomi di masa depan.

Leonard Chong adalah Wakil Presiden Pengembangan Bisnis, Asia Pasifik – Japan (APJ) di Airome Technologies. Dia memiliki lebih dari 20 tahun pengalaman dalam industri keamanan siber dan ICT. Memiliki latar belakang teknisi dengan Master of Science in Software Engineering, pengalaman kerjanya bervariasi dari software engineering, manajemen proyek, konsultasi teknik, hingga penjualan dan pengembangan bisnis, yang merupakan area fokus utamanya sekarang. Leonard telah berpengalaman bekerja di Asia Pasifik, Australia, Eropa, Inggris, dan AS. Ia ditugasi untuk menumbuhkan bisnis Airome di kawasan APJ.

Referensi: https://cyberthreat.id/en/read/31/Time-to-expand-your-customer-base-during-COVID-19