Pandemi Dorong Inklusi Digital dan Finansial

News & Publications

Technology  technology  FintechLufthi Anggraeni • 17 November 2020 21:08

Jakarta: Medcom.id dan Airome Technologies menggelar webinar Fintech Talk dengan tema How to Move Your Online Service into Online. Indonesia dinilai sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan tercepat di Asia Pasifik.

“Indonesia adalah salah satu negara dengan pertumbuhan tercepat di Asia Pasifik, dimana ekosistem keuangan digital telah berkembang secara cepat. Sekarang jasa keuangan semakin digital, sekaligus memasuki masa kritis, di tengah Covid-19, namun juga menghadirkan peluang baru,” ujar CEO Medcom.id Kania Sutisnawinata.

Hal ini juga diamini oleh VP Business Development APJ Airome TechnologiesLeonard Chong, yang menyebut peningkatan pemanfaatan transaksi di ranah online juga memiliki banyak peluang. Pada industri fintech, lanjut Chong, umumnya penyedia layanan akan menargetkan nasabah dengan bisnis paling menguntungkan.

Untuk menjaga relevansi keuntungan yang bersaing, Chong menilai bahwa bank tradisional perlu belajar dari Fintech yang menghadirkan pengalaman pelanggan intuitif dan telah disederhanakan. Sayangnya menurut penelitian McKinsey, hanya sebanyak lima persen masyarakat Indonesia yang menggunakan jasa keuangan digital pada tahun 2017.

Meskipun demikian, fakta ini mengalami perubahan akibat pandemi saat ini. Kemajuan dan kemudahan yang disuguhkan teknologi turut berbanding lurus dengan ancaman keamanan siber. Indonesia menjadi negara dengan tingkat kejahatan siber tertinggi kedua di dunia, setelah Jepang, seperti yang diumumkan unit Cyber Polri pada tahun 2018 lalu.

Malware menjadi metode kejahatan siber paling umum, namun kejahatan terkait dengan transaksi keuangan dinilai sebagai kejahatan yang paling mengkhawatirkan. Dan di ranah teknologi finansial, peer-to-peer lending disebut asosiasi perlindungan konsumen Indonesia YLKI sebagai bisnis dengan jumlah keluhan tertinggi di Indonesia.

Meskipun demikian di masa pandemi ini, kolaborasi menjadi hal yang dibutuhkan, baik kolaborasi antar penyedia jasa keuangan digital, asosiasi, regulator, juga pemerintah. Kolaborasi ini bertujuan untuk memastikan penggunaan teknologi canggih dalam sistem keuangan tidak berpotensi mengancam konsumen.

Sementara itu, pandemi Covid-19 juga dinilai Chong akan mendorong institusi finansial untuk lebih berhati-hati, terutama dalam menjaga kepuasan pengguna layanan mereka. Namun pandemi yang mendorong akselerasi inklusi digital juga dinilai akan mendorong inklusi finansial, merupakan pendorong utama dari ketahanan bisnis selama masa kenormalan baru.

Sebab, inklusi finansial memungkinkan masyarakat yang terdampak pandemi untuk mulai membangun kembali kehidupan mereka. Dan potensi besar yang dihadirkan inklusi finansial berkat dorongan digitalisasi ini karena mampu memberikan masyarakat yang belum tersentuh layanan perbankan tradisional untuk mendapatkan akses ke layanan finansial guna memenuhi kebutuhan dasar mereka.